Broken home berarti keluarga retak, yang dicirikan sebagai perceraian dan salah satu atau kedua orang tuanya meninggal. Angka kasus perceraian di Indonesia, Jawa Barat, terutama Bandung mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada psikologis remaja seperti mabuk-mabukan, depresi dan kesepian. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pengalaman psikologis yang dialami remaja dengan keluarga broken home di Kota Bandung. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi fenomenologis. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam. Informan penelitian berjumlah 3 orang remaja. Teknik pemilihan sampel menggunakan purposive sampling. Analisa data menggunakan analisis univariat. Instrumen penelitian berupa voice recorder. Hasil penelitian menunjukan bahwa, informan merasa menjadi anak yang kurang beruntung, kondisi emosi sangat sedih, hampir setiap hari menangis, kecewa, kesepian, sampai putus asa dan memikirkan ingin bunuh diri. Dua informan memiliki mekanisme koping yang maladaptif dengan menangis setiap malam, melakukan self harm, sering ke bar untuk mabuk dan merokok. Dapat diambil kesimpulan keluarga broken home menimbulkan dampak psikologis negatif bagi remaja yang mengalaminya. Saran bagi korban broken home diharapkan bisa mengatasi stress dengan hal-hal yang positif seperti bercerita kepada orang yang bisa dipercaya, melakukan hobi, atau bisa juga menulis diari dan lebih aware lagi terhadap kesehatan mental.
Kata Kunci : broken home, pengalaman, remaja, psikologisBroken home means a fractured family, characterized by divorce and the death of one or both parents. The number of divorce cases in Indonesia, West Java, especially Bandung has increased compared to the previous year. This can have a negative impact on adolescent psychology such as drunkenness, depression and loneliness. The purpose of the research is to find out how the psychological experiences of adolescents with broken home families in Bandung City. The type of research used a qualitative approach with a phenomenological study method. Data were collected by in-depth interviews. The research informants amounted to 3 teenagers. The sample selection technique used purposive sampling. Data analysis used univariate analysis. The research instrument is a voice recorder. The results showed that the informants felt that they were unlucky children, their emotional condition was very sad, almost every day they cried, disappointed, lonely, desperate and thought about suicide. Two informants have maladaptive coping mechanisms by crying every night, doing self harm, often going to bars to get drunk and smoke. It can be concluded that broken home families have a negative psychological impact on adolescents who experience them. Suggestions for victims of broken homes are expected to be able to cope with stress with positive things such as telling stories to trusted people, doing hobbies, or writing diaries and being more aware of mental health.
Keywords : broken home, experience, adolescent, psychological